PENATALAKSANAAN HIDROCEPHALUS


Hidrochepalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal, disebabkan oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorbsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan cerebrospinalis.

PATOFISIOLOGI :
Hidrocephalus terjadi karena adanya gangguan absorbsi, obstruksi cairan cerebrospinalis dan / atau produksi yang berlebihan.

GEJALA KLINIS :
BAYI :
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :
  • Kepala makin membesar
  • Vena-vena kepala prominen
  • Ubun-ubun melebar dan tegang
  • Sutura melebar
  • Cracked-pot sign bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah semangka pada perkusi kepala.
  • Perkembangan motorik terlambat
  • Perkembangan mental terlambat
  • Tonus otot meningkat, hiperrefleksi ( refleks lutut/ achilles )
  • Cerebral cry ( pendek, nada tinggi, bergetar )
  • Nistagmus horizontal
  • Sunset phenomena , bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbita, sclera tampak di atas iris, sehingga iris seakan-akan matahari yang akan terbenam.

ANAK :
Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial:
  • Muntah proyektil
  • Nyeri kepala
  • Kejang
  • Kesadaran menurun
  • Papil edema pada funduscopy.

DIAGNOSA :
  • Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal.
  • Transiluminasi
  • X foto kepala : kranium membesar, atau sutura yang melebar.
  • USG.

DIAGNOSA BANDING :
  • Bayi sehat
  • Ciri keluarga
  • Megaencephali
  • Hidroencephali
  • Tumor otak
  • Cairan subdural

PENATALAKSANAAN :
  • Farmakologis
1. Mengurangi volume cairan cerebrospinal
Acetazolamide 10 mg/ kg BB/ 24 jam oral, 3 – 4 kali/ hari
Furosemide 1 mg/ kg BB/ 24 jam oral, 3 – 4 kali/ hari.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman penyebab.
  • Pembedahan

KOMPLIKASI :
  • Herniasi cerebri
  • Kejang
  • Renjatan.

Asuhan Keperawatan Keperawatan Klik DISINI

Tag = Hidrichepalus, hidrosepalus, Hydrosephalus, askep hidrochephalus, asuhan keperawatan hidrochepalus

PENATALAKSANAAN TALASEMIA


Ilustrasi (Google)
PENGERTIAN
Talasemia adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal, berdasarkan kelainan hemoglobin, yaitu : satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk, dengan akibat terjadi anemia hemolitik.

PATOFISIOLOGI :
Pada Talasemia beta, pembuatan rantai beta sangat terhambat. Sebagai kompensasi dibuat rantai gamma dan delta, tetapi kompensasi ini tidak mencukupi, sehingga kadar hemoglobin turun.
Kurangnya rantai beta berakibat meningkatnya rantai alfa. Rantai alfa ini mengalami denaturasi dan presipitasi di dalam sel ( Heinz bodies ). Heinz bodies menimbulkan kerusakan pada membran sel yang menjadi lebih permeabel, sehingga sel mudah pecah, dan terjadi anemia hemolitik. Di dalam sumsum tulang, normoblas juga mengalami pembentukan inclusion bodies dan terjadi pengrusakan oleh sel-sel RES ( ineffective erythropoiesis ).
Kelebihan rantai alfa akan mengurangi stabilitas gugusan hem, dengan akibat timbulnya oksigen yang aktif, yang mengoksidasi hemoglobin dan membran sel, dan berakibat suatu hemolisis.
Keterangan ini berlaku juga untuk talasemia alfa.

GEJALA KLINIS :
Fasies mongoloid atau fasies Cooley.
Hepatosplenomegali
Ikterus atau sub-ikterus.
Tulang : osteoporosis, tampak struktur mozaik.
Tengkorak : tampak struktur hairs on end.
Jantung membesar karena anemia kronik.
Ginjal kadang-kadang juga membesar, disebabkan oleh hemopoiesis ekstrameduler.
Pertumbuhan terhambat, bahkan mungkin tidak dapat mencapai adolesensi karena adanya anemia kronik.
Kelainan hormonal, seperti diabetes mellitus, hipotiroidi, disfungsi gonid.

PEMERIKSAAN dan DIAGNOSA :
  • Darah tepi : hipokrom-mikrositer, anisopoikilositosis, polikromasia, sel target, normoblas, leptositosis, dan titik-titik basofil.
  • Retikulositosis
  • Resistensi ostomik meningkat.
  • Sumsum tulang : hiperplasi normoblastik.
  • Kadar besi serum dan timbunan besi dalam sumsum tulang meningkat.
  • Bilirubin bebas ( unconjugated ) serum meningkat.
  • Kadar Hb F meningkat pada talasemia beta mayor.
  • Kadar Hb A2 meningkat pada talasemia beta minor.
  • Dengan elektroforesis dan kromatografi kolom dapat ditentukan macam hemoglobin maupun rantai polipeptida.

DIAGNOSA BANDING :
Talasemia minor :
  • Anemia kurang besi
  • Anemia karena infeksi menahun
  • Anemia pada keracunan timah hitam ( Pb )
  • Anemia sideroblastik
  • Pyridoksin responsive anemia.

PENATALAKSANAAN :
Tranfusi sel darah merah padat ( PRC ) 10 ml/ kg BB/ kali.
Ada beberapa cara tranfusi :
Low tranfusion : tranfusi bila Hb < 6 gram/ dl. High tranfusion : Hb dipertahankan pada 10 gram/ dl. Super tranfusion : Hb dipertahankan pada 12 gram/ dl. Mencegah / menghambat proses hemosiderosis : Absorbsi Fe melalui usus dapat dikurangi dengan menganjurkan penderita banyak minum teh Sedangkan ekskresi Fe dapat ditingkatkan dengan pemberian Fe chelating agent yaitu Desferioxamin, dosis 25 mg/ kg BB/ hari, dan diberikan 5 hari dalam seminggu. Splenektomi : Indikasi splenektomi adalah bila ada tanda-tanda hipersplenisme atau bila limpa terlalu besar. Biasanya splenektomi dilakukan bila anak sudah berumur > 5 tahun.

Nasihat perkawinan dan diagnosa prakelahiran sangat penting untuk mencegah lahirnya talasemia mayor.Sedapat mungkin hindari perkawinan antara dua insan heterozigot, agar tidak terjadi bayi homozigot.

KOMPLIKASI :
  • Hemisiderosis
  • Hipersplenisme
  • Patah tulang
  • Payah jantung.
Untuk Askep/Asuhan Keperawatan Talasemia Baca Di SINI
Tag : Thalasemia, Talasemia, anemia hemolitik, Kelainan hormonal, Kelebihan rantai alfa, Protap Thalasemia, Protap Talasemia

PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA DIFUSA


BATASAN
Otitis eksterna difusa ialah infeksi pada kulit Meatus Akustikus Eksternus (MAE).

ETIOLOGI
Kuman penyebab terbanyak ialah Streptokokus, Stafilokokus, tetapi dapat pula dari golongan jamur (Aspergilus atau Kandida).

PATOFISIOLOGI
Sebagai faktor predisposisi:
1. Faktor endogen :
Keadaan umum yang buruk akibat anemia, hipovitaminosis, diabetes mellitus, atau alergi
2. Faktor eksogen :
  • Trauma karena tindakan mengorek telinga.
  • Suasana lembab, panas, atau alkalis didalam MAE.
  • Udara yang lembab dan panas menyebabkan oedema pada stratum korneum kulit
  • MAE, sehingga menurunkan resistensi kulit terhadap infeksi.
  • Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/mandi menyebabkan maserasi.
  • Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
  • Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan rasa gatal yang mendorong penderita mengorek telinga, sehingga trauma yang timbul akan memperhebat perjalanan infeksi.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis:
  • Rasa gatal sampai rasa nyeri di dalam liang telinga.
  • Telinga berair (otorea).
  • Pendengaran normal atau sedikit berkurang.

2. Pemeriksaan:
  • MAE terisi sekret serous (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau kehitaman (jamur).
  • Kulit MAE oedema, hiperemi merata sampai ke membran timpani.

DIAGNOSIS BANDING
Otitis media

PENYULIT
  • Perikondritis
  • Dermatitis aurikularis
  • Erisipelas
TERAPI
  1. Membersihkan dan mengeringkan telinga setiap hari.
  2. Menghilangkan faktor predisposisi.
  3. Pemasangan tampon pita 1/2 cm X 5 cm yang dibasahi dengan larutan Burowi di dalam MAE. Tampon dibiarkan selama 24 jam, dan selalu ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap basah.
  4. Sebagai pengganti larutan Burowi dapat dipakai tetes telinga yang mengandung antiseptik dan steroid.
  5. Pada infeksi jamur dapat digunakan tetes telinga yang mengandung Nistatin, atau larutan asam salisilat 1% dalam alkohol. (Jangan digunakan pada perforasi membran timpani ). Tetes telinga diberikan 3 kali sehari, selama satu minggu.
  6. Untuk menghilangkan rasa nyeri diberikan analgesik seperti Metampiron 500 mg, atau Asam mefenamat 250 mg.
Tag : MAE, Protap, Otitis media, OTITIS EKSTERNA DIFUSA, Askep OTITIS EKSTERNA DIFUSA, Otitis Media, larutan Burowi

MANAJEMEN HIPOVOLEMIA


Definisi : Menurunkan volume cairan ekstraseluler dan/ atau intraseluler dan mencegah komplikasi pada pasien yang mengalami kelebihan cairan.

Aktivitas :
Timbang berat badan setiap hari dan amati kecenderungannya
Monitor status hemodinamik, termasuk, CVP, MAP, PAP dan PCWP, jika ada
Monitor pola respirasi terhadap gejala kesukaran bernapas (misalnya, sesak napas, tachipnea, dan napas pendek)
Monitor fungsi ginjal (misalnya, kadar ureum dan kreatinin)
Monitor intake dan output
Monitor perubahan pada edema perifer
Monitor hasil laboratorium yang relevan terhadap adanya retensi cairan (misalnya, peningkatan berat jenis, peningkatan ureum, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
Tentukan laju tetesan cairan infus (atau tranfusi darah) secara tepat
Monitor efek terapeutik dari diuretik (misalnya, peningkatan output urine, penurunan CVP/ PCWP, dan penurunan suara napas tambahan)
Ajarkan pasien rasional penggunaan diuretik
Berikan obat unloading agents (misalnya, morfin, lasix, dan nitrogliserin)
Monitor kadar kalium setelah diuresis
Siapkan pasien untuk dialisis (misalnya, bantu pemasangan kateter untuk dialisis), secara tepat
Monitor perubahan berat badan sebelum dan setelah dialisis
Monitor respon hemodinamik terhadap dialisis
Monitor infus dan volime kembalian dari peironeal dialisis
Monitor kembalian dialisat peritoneal terhadap indikasi komplikasi (misalnya, infeksi, perdarahan berlebih dan bekuan), secara tepat
Tinggikan kepala tempat tidur untuk memperbaiki ventilasi, secara tepat
Pertahankan PEEP untuk pasien dengan edema pulmonal pada ventilasi mekanik, secara tepat
Gunakan closed-system suction untuk pasien dengan edema pulmonal pada ventilasi mekanik dengan PEEP, secara tepat
Ubah posisi pasien dengan edema dependen
Tingkatkan integritas kulit (misalnya, monitor area terhadap risiko kerusakan, ubah posisi, cegah penggeseran badan, cegah pencukuran, dan berikan nutrisi yang adekuat)
Monitor diuresis yang berlebihan
Observasi adanya indikasi dehidrasi (misalnya, turgor kulit buruk, pengisian kapiler yang lambat, pulsasi nadi lemah, haus berat, membran mukosa kering, penurunan output urine dan hipotensi)
Instruksikan pasien/ keluarga untuk menggunakan catatan pengeluaran urine
Instruksikan pasien dan atau keluarga untuk melakukan tindakan untuk mengatasi hipervolemia
Berikan diet yang tepat, sesuai indikasi
Tingkatkan body image dan harga diri yang positif , sebagai akibat retensi kelebihan cairan

BACAAN PENDUKUNG :
American Association of Critical Care Nurses. (1990). Outcome standards for nursing care of the critically ill. Laguna Niguel,CA:AACN
Askanazi,J.,Starker,P.,& Wissman,C.(1986). Fluid and electrolyte management in critically care. Boston : Butterworths.
Cullen,L.M.(1992).Interventions related to fluid and electrolyte balance.In G.M. Bulecheck & J.C. Mc Closkey (Eds.), Symposium on Nursing Interventions. Nursing Clinics of North America,27(2),569 – 598.
Horne,M., & Swearingen,P.(1992).Pocket guide to fluids and electrolytes (2nd ed.). St Louis : Mosby
Kinney,M., Packa,D., & Dunbar,S. (1993). AACN’s clinical reference for critical care nursing (pp. 193 – 236). New York : McGraw – Hill
Kokko,J., & Tannen, R.. (1990). Fluids and electrolytes (2nd ed.). Philadelphia : WB Saunders.
Stark,J. (1991). The renal system. In J. Alspach (Ed.), American Assoiation of Critical – Care Nurses Core Curriculum for Critical Care Nursing (4th ed) (pp. 472 – 608). Philadelphia : WB Saunders.

Tag : Pengertian hipovolemia, ureum, creatinine, kreatinin, Askep hipovolemia, edema perifer, efek terapi diuretik

ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN IBU HAMIL

a. Energi
Tambahan energi pada wanita selama hamil yang diperlukan untuk komponen fetus maupun perubahan yang terdapat pada diri ibu yaitu sebesar 300 kkal. Kebutuhan energi untuk ibu hamil ini diperkirakan untuk penambahan berat janin, plasenta, jaringan tubuh ibu lain dan kenaikan metabolisme selama hamil (Paath, 2004)
b. Protein
Total protein 60 g/hari adalah dianjurkan. Jumlah ini mudah dipenuhi dengan diet rata-rata di Amerika serikat. Hal ini perlu untuk pertumbuhan normal dari janin, pembesaran uterus dan payudara, pembentukan sel darah dan protein sesuai dengan bertambahnya volume darah, dan produksi dari cairan amnion (Nadesul, 1997)

c. Zat Besi
Menurut Depkes RI (1997) kebutuhan zat besi pada wanita hamil, yaitu wanita memerlukan zat besi lebih dari laki-laki karena menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan, dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan makin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi selama kehamilan perhatikan bagian berikut :
Meningkatkan sel darah ibu : 500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta : 300 mg Fe
Untuk darah janin : 100 mg Fe
Jumlah : 900 mg Fe
Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Nutrisi yang terkait untuk Fe atau tambah darah selama kehamilan yaitu 90 tablet.
Zat gizi yang dibutuhkan dalam pembentukan darah adalah zat besi atau Fe, asam folat, vitamin B12 dan protein. Untuk pemenuhan tubuh akan zat besi ini dianjurkan untuk makan makanan yang beraneka ragam (Darmanelly, 2005).
Massa dari sel darah merah mengembang sekitar 15% selama kehamilan, dan ini memerlukan kenaikan substansi zat besi dari ibu. Zat besi juga diperlukan untuk deposisi simpanan janin (Manuaba, 2001).
d. Seng
Absorbsi seng dihambat dengan masuknya zat besi dan asam folat dalam jumlah besar. Wanita yang memakan suplemen zat besi dan asam folat harus mengkonsumsi makanan yang kaya seng setiap hari (Moore1999).
e. Kalsium
Kebutuhan kalsium per hari meningkat pada klasifikasi fetalis ; RDA (Recommended Dietary Allowance) untuk wanita hamil adalah 1200 mg.
f. Asam folat
Masukan asam folat yang dianjurkan meningkat dari 180 gr pada wanita yang tidak hamil menjadi 400 gr pada kehamilan. Hal ini diperlukan baik untuk produksi sel darah merah ibu maupun sintesis DNA(Deoxyribonucleic Acid) pada janin (Manuaba, 2001).
Tag : Hamil, metabolisme selama hamil,  diet Ibu Hamil, kalsium, asam folat, Wanita Hamil, Gizi Hamil, zat besi untuk hamil, manfaat zat besi

PATHWAY HEMATEMESIS MELENA

Pathway Hematemesis Melena
Klik pada gambar untuk melihat pathway



KOMUNIKASI NON VERBAL

a. Pengertian
Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau pelakunya (Johnson, 1981). Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan tulisan (Intansari Nurjannah, 2001). Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari komunikasi non verbal (Hunsaker cit. Leddy, 1998). Hal ini menunjukan pentingnya mempelajari komunikasi non verbal.
b. Fungsi komunikasi non verbal



Adapun fungsi komunikasi non verbal menurut Mark L.Knapp (1972) adalah (1) Repetisi-mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali, (2) Subtitusi - menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sekata pun anda berkata. Anda dapat menunjukan persetujuan dengan mengangguk-angguk, (3) Kontradiksi – menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya, anda memuji prestasi kawan anda dengan mencibirkan bibir anda, (4) Komplemen-melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. Misalnya, air muka anda menunjukan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata, (5) Aksentuasi – menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul mimbar.
c. Arti penting komunikasi non verbal



Menurut Dale G. Leathers (1976) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting.
Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak “membaca” pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Birdwhistell,”barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata.” Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian, penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan 93% dampak pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal. Dalam konteks ini juga kita dapat memahami mengapa kalimat-kalimat yang tidak lengkap dalam percakapan masih dapat diberi arti. Anda maklum apa yang dimaksud oleh rekan anda ketika ia melukiskan kecantikan seorang wanita dengan kalimat yang tidak selesai, ”Pokoknya…….,” ketika anda melihat gerak kepala, tubuh dan tangannya.
Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda. Anda akan tertegun, Anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana harus anda tuliskan dalam surat Anda getaran suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak jantung? Meurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya).
Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika “tidak” diucapkan, seluruh anggota tubuhnya mengatakan “ya”. Dalam situsi yang “double binding” – ketika pesan nonverbal bertentangan dengan pesan verbal – orang bersandar pada pesan nonverbal.
Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah disebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.
Kelima, pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengunkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal.
Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti disini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan nonverbal.

Tag : Komunikasi, komunikasi non verbal, komunikasi verbal, komunikasi interpersonal, fungsi metakomunikatif, Pesan nonverbal, Sugesti, pesan nonverbal

LOWONGAN KERJA DOSEN DI STIKES KENDAL

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga dosen
STIKES KENDAL mengadakan pendaftaran/rekruitmen dosen baru dengan ketentuan:

A. DOSEN PSIK
Pendidikan : S2 Keperawatan diutamakan/S1 Keperawatan (Ners)
IPK minimal : 3,00
Pengalaman Kerja : Minimal 1 tahun

B. DOSEN PSKM
Pendidikan : S2 Kesehatan Masyarakat (latar belakang SKM)
IPK minimal : 3,00
Pengalaman Kerja : Minimal 1 tahun


C. Kelengkapan Pendaftaran
1. Curriculum Vitae
2. Daftar Riwayat Hidup
3. Pernyataan sanggup menjadi dosen (dengan materai Rp. 6000)
4. Fotokopi Ijazah (2 lembar terlegalisir)
5. Fotokopi Transkrip (2 lembar terlegalisir)
6. Fotokopi KTP (2 lembar)
7. Pas Foto berwarna 4x6 (2 lembar)
8. Surat keterangan pengalaman kerja


D. Mekanisme
1. Lamaran Kerja ditujukan kepada:
Ketua STIKES Kendal d/a Jl. Laut No. 31 Kendal 51311.
paling lambat 1 April 2010
2. Lamaran dikirim menggunakan amplop airmail (Kode A untuk PSIK, dan
Kode B untuk PSKM di pojok kiri atas)
3. Pelamar yang memenuhi syarat administrasi akan dipanggil kemudian untuk
proses seleksi.

SUMBER : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga
Situs Resmi STIKES KENDAL

tag: lowongan perawat, lowongan dosen, lowongan ners, lowongan dosen stikes

KOMUNIKASI VERBAL

a. Pengertian
Komunikasi yang dilakukan melalui kata-kata, bicara atau tertulis (Intansari Nurjannah, 2001). Meskipun yang paling mempengaruhi komunikasi adalah bahasa non verbal, kata adalah alat yang sangat
penting dalam komunikasi. Validasi tentang pengertian komunikasi verbal antara perawat dan pasien adalah penting. Menurut Leddy (1998), beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam berkomunikasi secara verbal adalah: Masalah teknik yaitu seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan simbol dari komunikasi tersebut. Masalah semantik yaitu seberapa tepat simbol dalam mengirimkan pesan yang dimaksud. Masalah pengaruh yaitu seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku.

b. Faktor-faktor penting dalam komunikasi verbal

Ellis dan Nowlis (1994) mengatakan beberapa hal penting dalam komunikasi verbal: penggunaan bahasa, perlu mempertimbangkan pendidikan klien,tingkat pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa (bahasa Inggris, Indonesia, dll). Dalam penggunaan bahasa memerlukan kejelasan yaitu memilih kata yang jelas dan tidak mempunyai arti yang salah. Keringkasan yaitu pesan singkat dan tanpa penyimpangan untuk menghindari kebingungan tentang apa yang penting dan apa yang kurang penting. Kecepatan yaitu kecepatan bicara mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang yang dalam keadaan cemas atau sibuk biasanya akan lupa untuk berhenti berbicara dan pembicaraan dilakukan sangat cepat sehingga hal ini menyebabkan pendengar tidak dapat memproses pesan dan menyusun respon yang akan diberikan.Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan bagi pembicara sendiri untuk berpikir jernih tentang apa yang diucapkan dan juga akan menyebabkan seseorang dapat menjadi pendengar yang efektif. Voice tone menunjukan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat merubah arti dari kata.Pengaruh dari bicara dengan suara yang keras akan berbeda dengan suara yang lembut atau lemah.Suara yang keras menunjukan berbicara yang terburu-buru,tidak sabar,sindiran tajam dan marah.
Salah satu komunikasi verbal yang penting dalam keperawatan adalah wawancara. Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari klien dalam tahap pengkajian. Wawancara adalah pola komunikasi yang mempunyai tujuan yang spesifik yaitu untuk mendapatkan riwayat kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, faktor resiko, dan untuk menentukan perubahan spesifik dari tingkat kesehatan dan pola hidup. (Potter dan Perry, 1993). Pewawancara akan mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatan klien, pola hidup, pola sakit, sistem dukungan, pola adaptasi, kekuatan dan keterbatasan.
Wawancara yang dilakukan perawat pada dasarnya tergantung pada situasi yang ada. Pada situasi emergensi, fokus wawancara perawat adalah mengenai trauma, faktor presipitasi serta alergi yang dimiliki klien.
Hal ini berbeda pada saat situasi rehabilitasi dimana fokus wawancara perawat adalah mengenai keadaan sakit dulu dan sekarang, strategi koping, dll. Dengan melihat hal ini adalah sangat tidak tepat bagi perawat bila klien dalam keadaan gawat, perawat menanyakan pada klien tentang riwayat genogram klien atau hobi klien. Kegiatan wawancara oleh perawat dapat menggunakan beberapa teknik wawancara.


Tag : komunikasi, komunikasi verbal, komunikasi perawat, Intansari Nurjannah, Wawancara, pengertian komunikasi,komunikasi non verbal, konsep komunikasi


PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh karena trauma dari luar.(Djohansyah Marzoeki, 1991). Luka dibagi menjadi Luka terbuka : bila kulit rusak melampaui tebalnya kulit dan Luka tertutup : luka tidak melampaui tebalnya kulit.



Proses Pen
yembuhan Luka
Beberapa teori proses penyembuhan luka adalah sebagai berikut:
Menurut Kozier (1995) : Penyembuhan merupakan suatu sifat dari jaringan-jaringan yang hidup; hal ini juga diartikan sebagai pembentukan kembali (pembaharuan) dari jaringan-jaringan tersebut. Penyembuhan dapat dibagi dalam tiga fase: peradangan, proliferatif, dan maturasi (bernanah luka). Proses penyembuhan untuk luka akibat operasi akan dijelaskan di bawah ini.

a. Fase Peradangan
Fase peradangan akan segera dimulai setelah terjadinya luka dan akan berlangsung selama 3 sampai 4 hari. Ada dua proses utama yang terjadi selama fase peradangan ini : hemostatis dan phagositosis.
Hemostatis (penghentian pendarahan) diakibatkan oleh vasokontriksi dari pembuluh darah yang lebih besar pada area yang terpengaruh, penarikan kembali dari pembuluh-pembuluh darah yang luka, deposisi/endapan dari fibrin (jaringan penghubung), dan pembentukan gumpalan beku darah pada area tersebut. Gumpalan beku darah, terbentuk dari platelet darah (piringan kecil tanpa warna dari protoplasma yang ditemukan pada darah), menetapkan matriks dari fibrin yang akan menjadi kerangka kerja untuk perbaikan sel-sel. Suatu keropong juga terbentuk pda permukaan luka. Yang terdiri dari gumpalan-gumpalan serta jaringan-jaringan yang mati. Keropeng berguna untuk membantu hemostasis dan mencegah terjadinya kontaminasi pada luka oleh mikroorganisme. Di bawah keropeng, sel-sel epithelial bermigrasi ke dalam luka melalui pinggiran luka. Sel-sel epithelial sebagai penghalang antara tubuh dengan lingkungan, mencegah masuknya mikroorganisme.
Fase peradangan juga melibatkan respon-respon seluler dan vaskuler yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap substansi-substansi asing serta jaringan-jaringan yang mati. Aliran darah ke luka meningkat, membawa serta substansi serta nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Sebagai hasilnya luka akan terlihat memerah dan bengkak.
Selama migrasi sel, leukosit (khususnya netrophil) akan masuk ke dalam ruang interstitial. Kemudian akan digantikan makrofag selama 24 jam setelah luka, yang muncul dari monosit darah. Makrofag akan menelan puing-puing selular dan mikroorganisme dengan suatu proses yang dikenal sebagai phagositosis. Makrofag juga mengeluarkan suatu faktor angigenesis (AGF), yang merangsang pembentukan dari pucuk-puck epithelial pada ujung pembuluh darah yang mengalami luka. Jaringan kerja microcirculatory yang dihasilkan akan menopang proses penyembuhan luka. Saat ini makrofag dan AGF dipertimbangkan sebagai hal yang penting pada proses penyembuhan (Cooper 1990 p. 171). Respon terhadap peradangan ini sangat penting terhadap proses penyembuhan, dan mengukur bahwa penghalangan pada peradangan, seperti pengobatan dengan steroid, dapat menggantikan proses penyembuhan yang mengandung resiko. Selama tahapan ini pula, terbentuk suatu dinding tipis dari sel-sel epithelial di sepanjang luka.

b. Fase Proliferasi
Fase proliferatif (tahapan pertumbuhan sel dengan cepat), fase kedua dalam prose penyembuhan, memerlukan waktu 3 – hari sampai sekitar 21 hari setelah terjadinya luka. Fibroblast (sel-sel jaringan penghubung), yang mulai bermigrasi ke dalam luka sekitar 24 jam setelah terjadinya luka, mulai mengumpulkan dan menjadikan satu kolagen dan suatu substansi dasar yang disebut proteoglycan sekitar 5 hari setelah terjadinya luka. Kolagen merupakan suatu substansi protein yang berwarna keputih-putihan yang menambah daya rentang pada luka. Sat jumlah kolagen meningkat, maka daya rentang luka juga kan meningkat; oleh karena itu peluang bahwa luka akan semakin terbuka menjadi semakin menurun. Selama waktu tersebut, muncullah apa yang disebut sebagai pungung bukit penyembuhan” di bawah garis jahitan luka yang lengkap. Pada luka yang tidak dijahit, kolagen baru seringkali muncul. Pembuluh-pembukuh kapiler tumbuh disepanjang luka, meningkatkan aliran darah, yang juga membawa serta oksigen dan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Fibroblast akan bergerak dari aliran darah ke dalam wilayah luka, mengendapkan fibrin. Saat jaringan pembuluh kapiler berkembang, jaringan menjadi suatu benuk tembus cahaya yang berwarna kemerah-merahan. Jarinag tersebut, disebut sebagai jaringan granulsi, yang mudah pecah dan mudah mengalami pendarahan.

Saat sisi kulit dari luka tidak dijahit, wilayah luka tersebut harus ditutup dengan jaringan-jaringan granulasi. Saat jaringan granulasi matang, sel-sel epithelial marginal akan bermigrasi ke dalamnya, pertumbuhan sel yang cepat di sepanjang jaringan penghubung ini dipusatkan untuk menutup wilayah luka. Jika wilayah luka tidak tertutup oleh epithelisasi, wilayah luka tersebut akan ditutup dengan protein plasma yang mengering serta sel-sel yang telah mati. Hal ini disebut eschar. Pada awalnya, luka yang disembuhkan dengan tujuan sekunder merembes ke pengeringan serosanguineous. Kemudian jika tidak ditutup oleh sel-sel epithelial, maka akan ditutup dengan jaringan-jaringan fibrinous yang berwarna abu-abu dan berukuran tebal yang pada akhirnya berubah menjadi jaringan bekas luka yang padat yang tebal.

c. Fase Maturasi
Biasanya dimulai pada hari ke-21 dan muncul setengah tahun setelah perlukaan. Pembentukan fibroblas dilanjutkan dengan sintesis kolagen. Serabut kolagen yang merupakan serabut penting dalam ........ digabungkan ke dalam struktur yang lebih lengkap. Scar menjadi tipis, jaringan elastis berkurang, timbul garis putih.



Tag: pengertian luka, Konsep luka, definisi luka, penyembuhan luka, tahap penyembuhan luka, fase luka, perawatan luka


TAHAP - TAHAP TIDUR

Menurut Alimul (2006) tahap siklus tidur terdiri dari :
1) Tahap tidur jenis gelombang lambat atau NREM, yaitu terdiri:
a) Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri-ciri rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa ngantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas menurun, dapat bangun segera. Tahap ini berlangsung selama 5 menit.

b) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri-ciri mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

c) Tahap III
Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas serta proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominan sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun, berlangsung 15-30 menit.

d) Tahap IV
Tahap tidur dalam, dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan menurun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, sekresi lambung menurun dan tonus otot juga menurun serta gerak bola mata cepat.

2) Tahap tidur Paradoks atau REM
Tahap tidur paradoks berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata muncul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 30-100 menit, apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat dan tidur tahap ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah disertai mimpi aktif, sangat sulit dibangunkan, tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur, pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur, mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan ireguler tekanan darah mengalami fluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme juga meningkat. Tidur paradoks atau REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.


Tag: tahap tidur, tidur dalam , tidur ringan, kurang tidur, mimpi, adaptasi tidur



TIDUR

a. Pengertian
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.

b. Manfaat tidur
Kebutuhan tidur dan istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan kebutuhan nutrisi dan olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson (1991) dalam Potter & Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.


Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat Oswold (1984) dalam Potter & Perry (2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi.

Pada tidur REM terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan kognitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun. (Potter & Perry, 2005)

c. Pengaturan tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal Robinson (1993), dalam Potter & Perry (2005).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun (Alimul, 2006).


Tag: Tidur, keperawatan tidur, Pengertian tidur, fisiologi tidur, definisi tidur, tidur REM, NREM, manfaat tidur, kegunaan tidur, askep tidur

CRITICAL CARE NURSING

Merupakan keperawatan individu dan keluarga pada kondisi yang tiba-tiba atau tidak diduga yang mengancam kehidupan. Pengertian ini sangat luas sehingga memerlukan kemampuan untuk deteksi dan manajemen keadaan yang mengancam kehidupan serta masalah kesehatan yang terjadi secara tiba-tiba, dan 20 % Life Threatening. Dimana pendidikan kesehatan memegang peran utama termasuk peningkatan kesehatan dan deteksi dini.
Pelayanan keperawatan kegawatdaruratan adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komperhensif ditujukan kepada klien/pasien yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak dapat diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.

Tag : ICU, keperawatan gawat darurat, critical care,

PENATALAKSANAAN TETANUS


Penyakit tetanus adalah penyakit yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani ditandai dengan kejang otot secara paroximal dan diikuti kaku otot seluruh badan .

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh : Clostridium tetani , yang memiliki sifat :
  • Bentuk batang
  • Badan ramping dengan ukuran 2 – 5 x 0,4 milimikron
  • Berspora
  • Dengan pewarnaan bersifat gram positif
  • Anaerob

Epidemiologi
Kuman ini tersebar di :
  • Tanah terutama tanah garapan
  • Dijumpai pada tinja manusia dan hewan

Faktor pencetus :
Perawatan luka yang tidak baik merupakan faktor pencetus terserin
Patogenesis
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan keadaan anaerob yang disukai untuk tumbuhnya kuman tetanus antara lain ;

  • Luka tusuk yang dalam misalnya kena paku atau duri
  • Luka karena kecelakaan baik lalu lintas maupun kacelakaan kerja
  • Luka ringan seperti luka gores dan excoriasi

Hipotesa bekerjanya toksin :
  1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dan melalui sumbu silindris menuju cornu anterior CNS
  2. Toksin diabsorbsi oleh sistem limfe masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam CNS

Gejala klinis :
  • Masa inkubasi tetanus 2 – 21 hari
  • Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak yang bisa berupa :
  • Spastisitas otot terutama pada leher dan rahang
  • Kesukaran membuka mulut
  • Kaku kuduk
  • Kejang sepanjang ruas tulang belakang
  • Bila kejang tonik sedang berlangsung maka pada daerah muka nampak berwajah seperti kera ( Rhesus sardonicus )
  • Serangan timbul paroximal dapat dicetuskan oleh rangsangan suara, cahaya, maupun sentuhan tetapi dapat timbul spontan
  • Karena kontraksi otot yang kuat dapat terjadi aspirasi dan cyanosis, retensio urine dan bahkan fractura columna vertebrae
  • Pada anak terkadang djumpai demam ringan

Pemeriksaan
  • Pada anamnesa biasanya didapatkan riwayat luka
  • Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekakuan otot menyeluruh dan kejang
  • Laboratorium biasanya dijumpai leukositosis

Prosedur penatalaksanaan tetanus

SARANA

PENATALAKSANAAN
  1. Penderita diterima di penerimaan awal
  2. Penderita dibaringkan di triage untuk diseleksi dan pemeriksaan awal
  3. Penderita dibawa ke ruang kartu merah untuk pemeriksaan lebih lanjut
  4. Penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium
  5. Berikan oksigen
  6. Dilakukam penghisapan lendir dengan suction
  7. Pasang infus RL
  8. Penderita di MRS kan
Pada dasarnya, penatalaksaannya tetanus bertujuan untuk :
1. Eliminasi Kuman
  • Debridement
Untuk meghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka / infeksi umbilicus, membersihkan liang telinga / mengobati otitis media
  • Antibiotika
Penicilline procaine 50.000 – 100.000 IU / kg / hari IM, 1 – 2 kali sehari minimal selama 10 hari.
Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
2. Netralisasi Toksin :
  • Toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
  • Dapat diberi TIGH 500 KI (neonatus) – 6000 KI i.m atau ATS 5000 KI – 100.000 KI.
3. Perawatan Suportif :
Perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional.
a. Nutrisi dan Cairan :
  • Pemberian cairan IV disesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
  • Beri nutrisi tinggi kalori, bila perlu dengan nutrisi parenteral.
  • Bila sonde nasogastric telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang), pemberian makanan per oral hendaknya segera dilaksanakan.
b. Menjaga agar pernapasan tetap efisien :
  • Pembersihan saluran napas dari lendir.
  • Pemberian zat asam tambahan.
  • Bila perlu, lakukan tracheostomi (tetanus berat).
c. kekakuan dan mengatasi kejang :
  • Antikonvulsan diberikan secara titrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respons klinis.
  • Pada penderita yang cepat memburuk (serangan kejang makin sering dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi, yaitu dimulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan yang lebih tinggi.
  • Bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi, harus dilakukan pelumpuhan otot secara total dan dibantu dengan pernapasan makanik (ventilator).
Tag: Protap Tetanus, Tetanus, Kejang tetanus, kejang otot, Askep tetanus, tetani, kaku kuduk, luka tetanus, etiologi tetanus, definisi tetanus