Pages
▼
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
REPAIR HIPOSPADIA
DEFINISI
HIPOSPADIA Kelainan congenital pada penis
OUE : - proximal dari Gland
- ventral
Chorde +/
Insidensi
* 1 : 300 / kelahiran bayi laki-laki
( Sweet , et.all.; 1974 )
* Perlu penanganan -->Cermat
-->Tepat
* Sehingga Komplikasi di minimalisir
C. ETIOPATOGENESIS
* Kausa pasti --> belum diketahui
--> multifaktor
* Faktor : 1. Genetik --> sangat berperan
2. Etnik & Geografis
3. Hormonal
4. Pencemaran Lingkungan
D. PATHWAY
E. KLASIFIKASI
Barcat (1973) ANTERIOR 65 % - 70 %
* Glandular
* Coronal
* Anterior Penil
- MIDDLE HYPOSPADIAS
* 10 %
* Middle Penile
- POSTERIOR HYPOSPADIAS
* 20 %
* Posterior Penil
* Penoscrotal
* Perineal
F. TERAPI
* Tujuan : - Anatomi
- Fungsi
* Yang perlu di pertimbangkan dalam repair hipospadia
1.Usia
2.Tipe Hipospadia
3.Ukuran Penis
4.Chordee +/-
* Pengalaman dan kepercayaan operator sangat menentukan tahapan dan keberhasilan operasi
* 2 hal pokok dalam repair hipospadia
1. Release chordee
2. Urethroplasty
* Waktu ideal
6 bulan 18 bulan
sebaiknya sebelum sekolah
HASIL :
- 63 Kasus ------> 17 kasus ( 28,98 % ) terjadi komplikasi
- 17 kasus(26,98%) KOMPLIKASI
Satu Tahap: 7 kasus (11,11 %)
Infeksi 1 kasus
Fistula 4 kasus
Striktura 2 kasus
Dua tahap: 10 kasus ( 15,87 % )
Infeksi 4 kasus
Fistula 4 kasus
Striktura 2 kasus
Kejadian komplikasi antara satu tahap& dua tahap peluangnya hampir sama (p>0.05)
Usia : 1 tahun –
1 – 5 tahun 11 kasus (17,46 %)
> 5 tahun 6 kasus (9,52 %)
Ternyata usia 1 – 5 tahun merupakan usia yang sukar dikendalikan emosionalnya sedangkan usia 1 tahun masih dalam asuhan ibunya karena belum bisa jalan sedangkan usia > 5 tahun merupakan usia yang sudah bisa diberi pengertian ( usia sekolah dasar ).
Komplikasi Penoscrotal 10 kasus (15,87 %)
Penil 7 kasus (11,11 %)
Semakin ke proksimal kelainan hipospadianya semakin sukar tehnik operasinya dan semakin besar kejadian komplikasinya.
KESIMPULAN
* Repair hipospadia antara satu tahap dengan dua tahap untuk terjadinya komplikasi tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05).
* Kejadian komplikasi pasca repair hipospadia yang paling banyak yaitu fistula urethrocutaneus(12,69%).
* Kepecayaan diri dan pengalaman operator menentukan tentang tahap dan keberhasilan operasi.
* Di sarankan penanganan hipospadia dilakukan dengan operasi satu tahap.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TINDAKAN URETHROPLASTY
A. DIAGNOSA
1.PRA OPERASI
Kecemasan/ansietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai kondisi,prognosis, dan kebutuhan pengobatan
TUJUAN
Kecemasan/ansietas hilang/berkurang satelah dilakukan asuhan keperawatan dalam1X20 menit, dengan criteria hasi, klien akan :
a. mengutarakan proses penyakit/proses preoperasi dan harapan pasca operasi
b. melakukan prosedur yang diperlukan untuk menjelaskan alasan dari suatu tindakan
c. memulai perubahan gaya hidup yang dperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan
INTERVENSI
- Kaji tingkat pemahaman pasien
- Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaan
- Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual
- Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasi dokter/orang terdekat
RASIONAL
-Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran
-Media khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasian untuk belajar
-Meningkatkan pemahaman atau kontrol pasien dan memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi
-Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi, mencegah keraguan dan kebingungan akan kesehatan pasian, dan prosedur yang akan dilakukan
B. DIAGNOSA
INTRA OPERASI
Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh b/d penggunaan obat/zat anerstesi
TUJUAN
Suhu tubuh dalam batas normal dan stabil setelah dlakukan asuhan keperawatan selama 1X30 menit, dengan criteria hasil. klien akan :
mempertahankan suhu tubuh dalam jangkauan normal
INTERVENSI
- Sediakan pengukuran suhu pada pasien dengan elevasi suhu operasi
- Catat elevasi suhu yang cepat/ demam tinggi menetap dan obati secara tepat per protocol
- Sediakan selimut penghangat pada saat saat darurat untuk anestesi
RASIONAL
- Irigasi dan pemajana permukaan kulit keudara mungkin dibutuhkan untuk menurunkan suhu
- Hipertermia malignan harus diobati dan dikenali dengan tepat untuk menghindari - komplikasi yang serius
- Anestesi inhalasi akan menekan hipotalamus, dan mengakibatkan regulasi suhu tubuh
C.DIAGNOSA
PASCA OPERASI
1.Tidak efektif pola nafas b/d neuromuscular, ketidakseimbangan perceptual/kognitif
TUJUAN
Setelah dlakukan tindakan keperawatan 1X30 menit, polanafas stabil efektif, dengan KH, klien akan:
Menetapakn pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya
INTERVENSI
- Pertahankan jalan udara klien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral
- Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode pasca operasi
RASIONAL
- Mencegah obstruksi jalan nafas
- Ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas anestesi
2.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal(perdarahan, muntah, dll)
TUJUAN
Volume cairan pasien dapat dipertahankan dalam batas normal setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24jam,dengan KH klien akan:
mendemonstrsikan keseinbangan cairan yang adekuat,TTV stabil,turgor kulit normal, membran mukosa lembab, Pengeluaran urine yang sesuai
INTERVENSI
- Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan
- Periksa pembalut, alat drein pada interval reguler
- Pantau suhu kulit,palpasi denyut perifer
RASIONAL
-Peningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya pengosongan.
-Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia atau hemoragi. Pembengkakan local mungkin mengindikasikan formasi hematoma/p
erdarahan.
-Kulit yang dingin lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pemberian cairan tambahan
3.Gangguan rasa nyaman,nyeri akut b/d gangguan integritas kulit jaringan
TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri akan berkurang, dengan KH, klien akan :
- mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan
- Tampak santai dapat beristirahat/tidur dan ikut serta dalam aktiftas sesuai kemampuan
INTERVENSI
- Evaluasi rasa sakut secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensitas.
- Dorong penggunaan tehnik relaksasi
- Lakukan reposisi sesuai petunjuk
RASIONAL
- Sediakan informasi mengenai kebutuhan/evektivitas intervensi.
- Lepaskan tegangan emosional dan otot
- Memungkinkan mengurangi rsa sakit dan meningkatka serkulasi. Posisi semi-fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung arthritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
DAFTAR PUSTAKA
- Barlow, Sheilla dan Weller, Barbara F.(1985) Pediatric Nursing. Jakarta : Engish Langue Book Society
- Carpenito, Linda Juall.(2001).Buku saku diagnosa keperawatan,Jakarta :EGC
- Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.(1995) Pathofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Jakarta : EGC
- Rekso Prodjo, Soelarto.(1995) Ilmu Bedah.Jakarta :FKUI
- Suriadi dan Yuliani,Rita.(2001).Askep Pada Anak,edisi 1. Jakarta : Fajar Interpretama
- Smelzer, Suzane. (2002). Keperawatan Medikal Bedak,edisi 8.Jakarta : EGC
- www.medicastore.co.org